Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-BugisiAl-’Allamah Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata pula dalam menjelaskan ayat ini:“Al-Qur`an mengandung penyembuh dan rahmat. Dan ini tidak berlaku utk semua orang namun hanya bagi kaum mukminin yg membenarkan ayat-ayat-Nya dan berilmu dengannya.
Adapun orang-orang dzalim yg tidak membenarkan dan tidak mengamalkannya maka ayat- ayat tersebut tidaklah menambah baginya kecuali kerugian. Karena hujjah telah ditegakkan kepadanya dgn ayat-ayat itu.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّ خَسَارًا“
Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yg menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yg dzalim selain kerugian.” Penjelasan Beberapa Mufradat Ayatنُنَزِّلُ“Kami turunkan.” Jumhur ahli qiraah membacanya dgn diawali nun dan bertasydid. Adapun Abu ‘Amr membacanya dgn tanpa tasydid . Sedangkan Mujahid membacanya dgn diawali huruf ya` dan tanpa tasydid . Al-Marwazi juga meriwayatkan demikian dari Hafs.
مِنَ الْقُرْآنِ“dari Al-Qur`an.” Kata min dalam ayat ini menurut pendapat yg rajih menjelaskan jenis dan spesifikasi yg dimiliki Al-Qur`an. Kata min di sini tidak bermakna “sebagian” yg mengesankan bahwa di antara ayat-ayat Al-Qur`an ada yg tidak termasuk syifa` sebagaimana yg dirajihkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu. Kata min pada ayat ini seperti halnya yg terdapat dalam firman-Nya:
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ“
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yg beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yg shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi..” Kata min dalam lafadz مِنْكُمْ tidaklah bermakna sebagian sebab mereka seluruhnya adl orang- orang yg beriman dan beramal shalih. {Lihat Tafsir Al-Qurthubi 10/316 Fathul Qadir 3/253 dan At-Thibb An-Nabawi Ibnul Qayyim hal. 138}شِفَاءٌ“Penyembuh.” Penyembuh yg dimaksud di sini meliputi penyembuh atas segala penyakit baik rohani maupun jasmani sebagaimana yg akan dijelaskan dalam tafsirnya.Penjelasan Tafsir AyatIbnu Katsir rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang kitab-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Al-Qur`an yg tidak terdapat kebatilan di dalamnya baik dari sisi depan maupun belakang yg diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji bahwa sesungguhnya Al-Qur`an itu merupakan penyembuh dan rahmat bagi kaum mukminin. Yaitu menghilangkan segala hal berupa keraguan kemunafikan kesyirikan penyimpangan dan penyelisihan yg terdapat dalam hati. Al-Qur`an- lah yg menyembuhkan itu semua. Di samping itu ia merupakan rahmat yg dengannya membuahkan keimanan hikmah mencari kebaikan dan mendorong utk melakukannya. Hal ini tidaklah didapatkan kecuali oleh orang yg mengimani membenarkan serta mengikutinya. Bagi orang yg seperti ini Al-Qur`an akan menjadi penyembuh dan rahmat.Adapun orang kafir yg mendzalimi dirinya sendiri maka tatkala mendengarkan Al-Qur`an tidaklah bertambah baginya melainkan semakin jauh dan semakin kufur. Dan sebab ini ada pada orang kafir itu bukan pada Al-Qur`annya. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيْدٍ“
Katakanlah: ‘Al-Qur`an itu adl petunjuk dan penawar bagi orang-orang yg beriman. Dan orang-orang yg tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan sedang Al-Qur`an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adl orang-orang yg dipanggil dari tempat yg jauh’.” Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيْمَانًا فَأَمَّا الَّذِيْنَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيْمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ. وَأَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُوْنَ“
Dan apabila diturunkan suatu surat maka di antara mereka ada yg berkata: ‘Siapakah di antara kamu yg bertambah imannya dgn surat ini?’ Adapun orang-orang yg beriman maka surat ini menambah imannya sedang mereka merasa gembira. Adapun orang-orang yg di dalam hati mereka ada penyakit maka dgn surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafirannya dan mereka mati dalam keadaan kafir.” Dan masih banyak ayat-ayat yg menjelaskan tentang hal ini.” Al-’Allamah Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata pula dalam menjelaskan ayat ini:“Al-Qur`an mengandung penyembuh dan rahmat. Dan ini tidak berlaku utk semua orang namun hanya bagi kaum mukminin yg membenarkan ayat-ayat-Nya dan berilmu dengannya.
Adapun orang-orang dzalim yg tidak membenarkan dan tidak mengamalkannya maka ayat- ayat tersebut tidaklah menambah baginya kecuali kerugian. Karena hujjah telah ditegakkan kepadanya dgn ayat-ayat itu.Penyembuhan yg terkandung dalam Al-Qur`an bersifat umum meliputi penyembuhan hati dari berbagai syubhat kejahilan berbagai pemikiran yg merusak penyimpangan yg jahat dan berbagai tendensi yg batil. Sebab ia mengandung ilmu yakin yg dengannya akan musnah tiap syubhat dan kejahilan. Ia merupakan pemberi nasehat serta peringatan yg dengannya akan musnah tiap syahwat yg menyelisihi perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di samping itu Al-Qur`an juga menyembuhkan jasmani dari berbagai penyakit.Adapun rahmat maka sesungguhnya di dalamnya terkandung sebab-sebab dan sarana utk meraihnya. Kapan saja seseorang melakukan sebab-sebab itu maka dia akan menang dgn meraih rahmat dan kebahagiaan yg abadi serta ganjaran kebaikan cepat ataupun lambat.” Al-Qur`an Menyembuhkan Penyakit JasmaniSuatu hal yg menjadi keyakinan tiap muslim bahwa Al-Qur`anul Karim diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala utk memberi petunjuk kepada tiap manusia menyembuhkan berbagai penyakit hati yg menjangkiti manusia bagi mereka yg diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dirahmati-Nya. Namun apakah Al-Qur`an dapat menyembuhkan penyakit jasmani?Dalam hal ini para ulama menukilkan dua pendapat: Ada yg mengkhususkan penyakit hati; Ada pula yg menyebutkan penyakit jasmani dgn cara meruqyah ber-ta’awudz dan semisalnya. Ikhtilaf ini disebutkan Al-Qurthubi dalam Tafsir-nya. Demikian pula disebutkan Asy- Syaukani dalam Fathul Qadir lalu beliau berkata: “Dan tidak ada penghalang utk membawa ayat ini kepada dua makna tersebut.” Pendapat ini semakin ditegaskan Syaikhul Islam Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya Zadul Ma’ad:“Al-Qur`an adl penyembuh yg sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani demikian pula penyakit dunia dan akhirat. Dan tidaklah tiap orang diberi keahlian dan taufiq utk menjadikannya sebagai obat. Jika seorang yg sakit konsisten berobat dengannya dan meletakkan pada sakitnya dgn penuh kejujuran dan keimanan penerimaan yg sempurna keyakinan yg kokoh dan menyempurnakan syaratnya niscaya penyakit apapun tidak akan mampu menghadapinya selama-lamanya. Bagaimana mungkin penyakit tersebut mampu menghadapi firman Dzat yg memiliki langit dan bumi. Jika diturunkan kepada gunung maka ia akan menghancurkannya. Atau diturunkan kepada bumi maka ia akan membelahnya. Maka tidak satu pun jenis penyakit baik penyakit hati maupun jasmani melainkan dalam Al-Qur`an ada cara yang membimbing kepada obat dan sebab nya.” Berikut ini kami sebutkan beberapa riwayat berkenaan tentang pengobatan dgn Al-Qur`an.Di antaranya adl apa yg diriwayatkan Al-Bukhari Muslim dan lainnya dari hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha.Beliau radhiallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena sihir1 sehingga beliau menyangka bahwa beliau mendatangi istrinya padahal tidak mendatanginya.Lalu beliau berkata: ‘Wahai ‘Aisyah tahukah kamu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan permohonanku? Dua lelaki telah datang kepadaku. Kemudian salah satunya duduk di sebelah kepalaku dan yg lain di sebelah kakiku. Yang di sisi kepalaku berkata kepada yg satunya: ‘Kenapa beliau?’Dijawab: ‘Terkena sihir.’Yang satu bertanya: ‘Siapa yg menyihirnya?’Dijawab: ‘Labid bin Al-A’sham lelaki dari Banu Zuraiq sekutu Yahudi ia seorang munafiq.’ bertanya: ‘Dengan apa?’Dijawab: ‘Dengan sisir rontokan rambut.’ bertanya: ‘Di mana?’Dijawab: ‘Pada mayang korma jantan di bawah batu yg ada di bawah sumur Dzarwan’.”’Aisyah radhiallahu ‘anha lalu berkata: “Nabi lalu mendatangi sumur tersebut hingga beliau mengeluarkannya. Beliau lalu berkata: ‘Inilah sumur yg aku diperlihatkan seakan-akan airnya adalah air daun pacar dan pohon kormanya seperti kepala-kepala setan’. Lalu dikeluarkan. Aku bertanya: ‘Mengapa engkau tidak mengeluarkannya ?’ Beliau menjawab ‘Demi Allah sungguh Allah telah menyembuhkanku dan aku membenci tersebarnya kejahatan di kalangan manusia’.”Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam Shahih-nya {kitab At-Thib bab Hal Yustakhrajus Sihr? jilid 10 no. 5765 bersama Al-Fath}. Juga dalam Shahih-nya {kitab Al-Adab bab Innallaha Ya`muru Bil ‘Adl jilid 10 no. 6063}. Juga diriwayatkan oleh Al-Imam Asy-Syafi’i sebagaimana yang terdapat dalam Musnad Asy-Syafi’i Al-Asfahani dalam Dala`ilun Nubuwwah dan Al-Lalaka`i dalam Syarah Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah . Namun ada tambahan bahwa ‘Aisyah berkata: “Dan turunlah :قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَHingga selesai bacaan surah tersebut.”Demikian pula yg diriwayatkan Al-Imam Bukhari rahimahullahu dalam Shahih-nya dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu beliau berkata:“Sekelompok2 shahabat Nabi berangkat dalam suatu perjalanan yg mereka tempuh.
Singgahlah mereka di sebuah kampung Arab. Mereka pun meminta agar dijamu sebagai tamu namun penduduk kampung tersebut enggan menjamu mereka.Selang beberapa waktu kemudian pemimpin kampung tersebut terkena sengatan .
Penduduk kampung tersebut pun berusaha mencari segala upaya penyembuhan namun sedikitpun tak membuahkan hasil. Sebagian mereka ada yg berkata: ‘Kalau sekiranya kalian mendatangi sekelompok orang itu mungkin sebagian mereka ada yg memiliki sesuatu.’Mereka pun mendatanginya lalu berkata: “Wahai rombongan sesungguhnya pemimpin kami tersengat . Kami telah mengupayakan segala hal namun tidak membuahkan hasil.
Apakah salah seorang di antara kalian memiliki sesuatu? Sebagian shahabat menjawab ‘Iya.
Demi Allah aku bisa meruqyah. Namun demi Allah kami telah meminta jamuan kepada kalian namun kalian tidak menjamu kami. Maka aku tidak akan meruqyah utk kalian hingga kalian memberikan upah kepada kami.’Mereka pun setuju utk memberi upah beberapa ekor kambing3. Maka dia {salah seorang shahabat} pun meludahinya dan membacakan atas pemimpin kaum itu Alhamdulillahi rabbil ‘alamin . Pemimpin kampung tersebut pun merasa terlepas dari ikatan lalu dia berjalan tanpa ada gangguan lagi.Mereka lalu memberikan upah sebagaimana telah disepakati. Sebagian shahabat berkata: ‘Bagilah.’ Sedangkan yg meruqyah berkata: ‘Jangan kalian lakukan hingga kita menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kita menceritakan kepadanya apa yg telah terjadi.
Kemudian menunggu apa yg beliau perintahkan kepada kita.’Merekapun menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian melaporkan hal tersebut. Maka beliau bersabda: ‘Tahu dari mana kalian bahwa itu memang ruqyah?’ Lalu beliau berkata: ‘Kalian telah benar. Bagilah dan berilah untukku bagian bersama kalian’ sambil beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa.”Adapun hadits yg diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ الدَّوَاءِ الْقُرْآنُ
“Sebaik-baik obat adl Al-Qur`an.”Dan hadits:
الْقُرْآنُ هُوَ الدَّوَاءُ
“Al-Qur`an adl obat.”Keduanya adl hadits yg dha’if telah dilemahkan oleh Al-Allamah Al-Albani rahimahullahu dalam Dha’if Al-Jami’ Ash-Shagir no. 2885 dan 4135.Membuka Klinik RuqyahDi antara penyimpangan terkait dgn ruqyah adl menjadikannya sebagai profesi seperti halnya dokter atau bidan yg membuka praktek khusus. Ini merupakan amalan yg menyelisihi metode ruqyah di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Asy-Syaikh Shalih Alus Syaikh berkata ketika menyebutkan beberapa penyimpangan dalam meruqyah:“Pertama dan yg paling besar adl menjadikan bacaan {untuk penyembuhan} atau ruqyah sebagai sarana utk mencari nafkah di mana dia memfokuskan diri secara penuh utk itu. Memang telah dimaklumi bahwa manusia membutuhkan ruqyah. Namun memfokuskan diri utk itu bukanlah bagian dari petunjuk para shahabat di masanya. Padahal di antara mereka ada yg sering meruqyah. Namun bukan demikian petunjuk para shahabat dan tabi’in. baru muncul di masa-masa belakangan. Petunjuk Salaf dan bimbingan As-Sunnah dalam meruqyah adl seseorang memberikan manfaat kepada saudara-saudaranya baik dgn upah ataupun tidak. Namun janganlah dia memfokuskan diri dan menjadikannya sebagai profesi seperti halnya dokter yg mengkhususkan dirinya {pada perkara ini}. Ini baru dari sudut pandang bahwa hal tersebut tidak terdapat pada zaman generasi pertama.Demikian pula dari sisi lainnya. Apa yg kami saksikan pada orang-orang yg mengkhususkan diri telah menimbulkan banyak hal terlarang. Siapa yg mengkhususkan dirinya utk meruqyah niscaya engkau mendapatinya memiliki sekian penyimpangan. Sebab dia butuh prasyarat-prasyarat tertentu yg harus dia tunaikan dan yg harus dia tinggalkan. Serta ‘menjual’ tanpa petunjuk. Barangsiapa meruqyah melalui kaset-kaset suara-suara di mana dia membaca di sebuah kamar sementara speaker berada di kamar yg lain dan yg semisalnya merupakan hal yg menyelisihi nash. Ini sepantasnya dicegah utk menutup pintu . Sebab sangat mungkin akan menjurus kepada hal-hal tercela dari para peruqyah yg mempopulerkan perkara-perkara yg terlarang atau yg tidak diperkenankan syariat. 1 Sebagian para pengekor hawa nafsu dari kalangan orientalis dan ahli bid’ah mengingkari hadits yang menjelaskan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terkena sihir dan berusaha menolaknya dgn berbagai alasan batil. Dan telah kami bantah –walhamdulillah- para penolak hadits ini dalam sebuah kitab yg berjudul Membedah Kebohongan Ali Umar Al-Habsyi Ar- Rafidhi Bantahan ilmiah terhadap kitab: Benarkah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah tersihir? Dan kami membahas secara rinci menurut ilmu riwayat maupun dirayah hadits.
Silahkan merujuk kepada kitab tersebut.2 Dalam riwayat lain mereka berjumlah 30 orang.3 Dalam riwayat lain: 30 ekor kambing sesuai jumlah mereka.
sumber : file chm Darus Salaf 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar